Bias terhadap gender sudah menjadi hal yang umum. Sejak kita kecil, kita dididik dengan anggapan bahwa lelaki itu sosok pemimpin, harus kuat, dan tidak boleh cengeng. Sebaliknya, perempuan dituntut anggun, mandiri, berhati - hati, lemah lembut, dan sensitif.
Tuntutan ini tidak hanya berakhir dalam hal sifat dan kepribadian, melainkan juga dalam pendidikan, pekerjaan, hingga rumah tangga. Tidak jarang posisi tinggi di perusahaan lebih dominan ditempati oleh pria. Peringkat kelas di sekolah didominasi oleh perempuan, dan pekerjaan rumah tangga juga lebih banyak dikelola pihak perempuan.
Ada yang bilang ini takdir, kodrat, ada juga yang bilang sudah fitrahnya. Apakah benar demikian? atau ini semua hanyalah hasil dari sistem sosial kita.
Membongkar Stereotip Gender
Dilansir dari laman weforum.org, ada 3 mitos stereotip gender yang telah dibongkar secara ilmiah. Berikut adalah 2 diantaranya yang paling umum di masyarakat
1. Perempuan Lebih Baik dalam Multitasking
Katanya, perempuan bisa berbicara dengan teman nya di telepon, sambil membuat kopi, menulis email, dan menguping obrolan pasangannya yang sedang menelpon juga.
Teori ini berasal dari fakta jaringan yang menghubungkan otak kiri dan kanan lebih banyak ditemukan pada perempuan, jaringan ini juga lebih padat dari pria. Hal ini memungkinkan informasi yang mengalir antara otak kiri dan kanan berjalan dengan lebih efektif.
Pada kenyataannya, tidak ada manusia yang baik dalam multitasking. Pada dasarnya, perhatian kita memang ditujukan untuk fokus hanya pada satu hal. Dalam satu studi ditemukan bahwa pria mengalami penurunan performa sebesar 77% sedangkan perempuan mengalami penurunan 66%. Penelitian ini dilakukan pada 120 pria dan 120 perempuan.
2. Perempuan Lebih Ahli dalam Membaca Perasaan
Lise Eliot, seorang associate professor di Chicago Medical Schoolsetuju bahwa perempuan memang lebih ahli dalam hal membaca perasaan dibanding laki - laki. Tapi perbedaannya hanya sedikit. Tidak sebesar yang diajarkan dalam budaya kita.
Perbedaan yang signifikan akan terjadi jika kita membandingkan individu yang merupakan orang tua, dengan yang tidak pernah menjadi orang tua. Baik itu laki - laki dengan laki - laki, perempuan dengan perempuan atau laki - laki dengan perempuan. Seorang ibu mampu membedakan perbedaan tangisan bayi yang lapar, takut, dan ingin tidur.
Penelitian Lebih Lanjut
2 Hasil penelitian di atas merupakan sekian dari banyaknya penelitian yang menyatakan bahwa bias gender hanyalah sebuah stereotip yang tidak terbukti secara ilmiah. Walaupun demikian, hasil penelitian menunjukkan setidaknya ada sedikit perbedaan yang menempatkan perempuan lebih unggul dalam hal tertentu. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa bias gender mungkin saja benar.
Dalam jurnal yang diterbitkan oleh* Annual Review* di bulan Januari 2018, Ellemers menyimpulkan bahwa Gender Stereotype tidaklah akurat, dan hanya membesar-besarkan perbedaan kecil antara pria dan wanita
“If there is a kernel of truth underlying gender stereotypes, it is a tiny kernel, and does not account for the far-reaching inferences we often make about essential differences between men and women.” - Naomi Ellemers
Lee Jussim, seorang psikolog sosial, setuju bahwa bias gender memang tidak akurat, jika kita mengabaikan data. Dalam artikel nya yang diterbitkan di psychologytoday.com, beliau mengkritik keras Annual Review tersebut.
Kritik ini beliau sampaikan lantaran ada banyak studi yang menyatakan sebaliknya. Setidaknya ada 11 peer-reviewed jurnal yang melaporkan 16 studi tentang keakuratan dan kebenaran bias gender/stereotip. Disamping 11 jurnal itu, masih ada banyak jurnal lain yang menyimpulkan hal yang serupa, seperti kemampuan perempuan yang lebih ahli membaca perasaan dibanding laki-laki.
Bagaimana Ellemers tidak melihat semua itu? apakah beliau sengaja mengabaikannya? Bagaimana dengan puluhan editor dan reviewer yang juga mengelola jurnal itu? Apakah judul - judul artikel yang tertera di layar begitu kecil untuk dapat ditangkap mata?
Pada saat Lee Jussim menulis kritik tersebut, beliau telah mengirim email kepada Ellemers dan para editornya. Tapi hingga artikel tersebut terbit, hanya satu orang yang membalas email Lee, yaitu Dr. Schacter. Sayangnya, ternyata beliau bukan Action Editor Ellemers.
Dikutip dari artikel Lee Jussism, berikut adalah 11 jurnal yang mengindikasikan keakuratan stereotip gender:
- Allen, B. P. (1995). Gender stereotypes are not accurate: a replication of Martin (1987) using diagnostic vs. self-report and behavioral criteria. Sex Roles, 32, 583-600. (Catatan: meski judulnya demikian, artikel ini menemukan korelasi sebesar 61% antara stereotip gender dengan kriteria.)
- Beyer, S. (1999). The accuracy of academic gender stereotypes. Sex Roles, 40, 787-813.
- Briton, N. J., & Hall, J. A. (1995). Beliefs about female and male nonverbal communication. Sex Roles, 32, 79-90.
- Cejka, M. A., & Eagly, A. H. (1999). Gender-stereotypic images of occupations correspond to the sex segregation of employment. Personality and Social Psychology Bulletin, 25, 413-423.
- Hall, J. A., & Carter, J. D. (1999). Gender-stereotype accuracy as an individual difference. Journal of Personality and Social Psychology, 77, 350-359.
- Halpern, D. F., Straight, C. A., & Stephenson, C. L. (2011). Beliefs about cognitive gender differences: Accurate for direction, underestimated for size. Sex Roles, 64, 336-347.
- Lockenhoff, C. E., Chan, W., McCrae, R. R., De Fruyt, F., Jussim, L., De Bolle, M., … & Pramila, V. S. (2014). Gender stereotypes of personality: Universal and accurate? Journal of Cross-Cultural Psychology, 45, 675-694.
- Martin, C. L. (1987). A ratio measure of sex stereotyping. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 489-499.
- McCauley, C., & Thangavelu, K. (1991). Individual differences in sex stereotyping of occupations and personality traits. Social Psychology Quarterly, 54, 267-279.
- McCauley, C., Thangavelu, K., & Rozin, P. (1988). Sex stereotyping of occupations in relation to television representations and census facts. Basic and Applied Social Psychology, 9, 197-212.
- Swim, J. K. (1994). Perceived versus meta-analytic effect sizes: An assessment of the accuracy of gender stereotypes. Journal of Personality and Social Psychology, 66, 21-36.
Efek Placebo dan Nocebo
Studi yang dilakukan oleh Diane Ruble di Princeton University, menemukan bagaimana kepercayaan, keyakinan, dan persepsi bisa mempengaruhi tubuh kita secara biologis. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan hasil tes menstruasi palsu kepada sejumlah perempuan.
Hasilnya, perempuan yang diberitahu sedang dalam Fase Pra Menstruasi, cenderung mengalami gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dibandingkan dengan yang tidak. Walaupun sebenarnya mereka tidak sedang berada dalam fase pra menstruasi.
Hal ini kita kenal sebagai efek placebo dan nocebo, yaitu tentang bagaimana pikiran kita bisa menimbulkan gejala medis yang nyata. Contoh paling simpel ketika akan disuntik. Jika kamu sudah berpikir jarum itu akan terasa sakit, maka rasa sakit itu akan sangat terasa saat jarumnya masuk ke dalam kulit. Coba deh fokusnya ke hal yang lain, pasti rasa sakitnya jadi berkurang.
Hal ini menandakan, bahwa stereotip - stereotip itu terbukti secara ilmiah karena kita mempercayainya
Bisa jadi, perbedaan antara laki - laki dan perempuan berasal dari pikiran kita sendiri.
Efek yang serupa ditemukan dalam zodiak, astrologi, dan ramalan.
Kesimpulan
meski budaya kita terlalu membedakan laki - laki dan perempuan, baik dalam hal karakter atau pun perilaku, hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa perbedaan itu bisa jadi benar secara ilmiah
Meskipun demikian, kita perlu ingat bahwa perbedaan ini bukan berarti kita terjebak dalam gender kita sendiri. Hanya saja kamu terlahir laki - laki bukan tidak peka. Hanya karena kamu terlahir perempuan bukan berarti lemah.
Kemampuan kita ditentukan dari bagaimana kita melihat diri kita sendiri.
People don’t see the world as it is. They see the world as they are.
-Igor Ledochowski
Referensi
- https://www.weforum.org/agenda/2016/10/3-sexist-myths-about-men-s-and-women-s-brains-debunked/
- https://www.buzzfeednews.com/article/kevintang/8-studies-that-debunk-male-stereotypes
- https://bigthink.com/videos/debunking-gender-stereotypes
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/rabble-rouser/201806/gender-stereotypes-are-inaccurate-if-you-ignore-the-data
- https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev-psych-122216-011719
- https://www.bbc.com/future/article/20190930-the-sexist-myths-about-gender-stereotypes-that-wont-die
- https://eurogender.eige.europa.eu/events/debunking-myths-and-online-gender-stereotypical-behaviour
- https://www.nytimes.com/2019/05/30/health/gender-stereotypes-research.html
- https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.00011/full
- https://www.bbc.com/future/article/20190930-the-sexist-myths-about-gender-stereotypes-that-wont-die
- https://tirto.id/bahaya-seksisme-dalam-teknologi-kecerdasan-buatan-cCd8
- https://www.merdeka.com/teknologi/9-stereotip-khas-wanita-yang-terbukti-benar-secara-ilmiah.html
- https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/mela/ada-13-stereotipe-menyakitkan-tentang-perempuan-yang-harus-dimusnahkan/full
- https://www.idntimes.com/science/experiment/bayu/10-stereotipe-tentang-laki-laki-dan-perempuan-ini-ternyata-dibenarkan-secara-ilmiah